maresiliencycenter.org

Dari Mesir ke Perancis: Evolusi Foie Gras Sebagai Makanan Mewah

Foie gras, hidangan mewah yang terbuat dari hati angsa, memiliki sejarah yang panjang dan telah menjadi simbol eksklusivitas. Meskipun terkenal sebagai makanan mahal asal Perancis, foie gras sebenarnya telah ada sejak masa peradaban kuno dan telah diolah serta dinikmati oleh berbagai budaya.

Makanan elit ini, yang mirip dengan caviar atau uni, memiliki rasa khas yang sedikit pahit dan sering disajikan di restoran kelas atas. Namun, kontroversi seputar foie gras muncul karena cara pembuatannya yang dianggap menyiksa angsa. Meskipun begitu, foie gras tidak hanya berasal dari Perancis, melainkan telah ada jauh lebih awal, dimulai sejak zaman Mesir Kuno.

Konsumsi Foie Gras di Mesir Kuno

Menurut The Good Food Network, foie gras pertama kali dikonsumsi oleh masyarakat Mesir Kuno. Angsa dikenal sering makan berlebihan di musim dingin, menyebabkan hati mereka membengkak. Beberapa sejarawan mengatakan bahwa peternak angsa pada zaman itu secara sengaja memberi pakan berlebih kepada angsa, seperti buah ara, untuk memperbesar hati mereka, yang kemudian dijual sebagai foie gras.

Penyebaran Foie Gras ke Eropa

Setelah itu, tradisi konsumsi foie gras menyebar ke Yunani dan Roma, dan akhirnya mencapai Perancis. Orang Yahudi di Perancis memainkan peran penting dalam memperkenalkan foie gras, terutama dalam mengolah hati angsa dan lemak bebek. Hingga kini, wilayah barat daya Perancis terkenal sebagai penghasil foie gras terbaik.

Pemberian Pakan yang Berbeda pada Masa Kuno

Pada masa kuno, pemberian pakan angsa dilakukan dengan cara yang bervariasi. Di Mesir, angsa diberi pakan berupa tepung yang diolah menjadi pelet. Di Yunani, mereka diberi buah ara kering, sementara di Roma, angsa diberi campuran wine dan madu. Praktik-praktik ini memberikan pengaruh pada rasa foie gras yang dihasilkan.

Foie Gras di Era Modern

Di zaman sekarang, produksi foie gras menghadapi tantangan etika karena metode pemberian makan pada angsa yang dianggap tidak manusiawi. Namun, banyak peternak modern yang berupaya untuk mengubah cara mereka dalam merawat angsa. Dengan menyediakan lingkungan yang lebih alami, seperti membiarkan angsa berkeliaran bebas tanpa kandang, peternak berharap hati angsa akan lebih berlemak dan memiliki rasa yang lebih lezat, tanpa menyebabkan stres pada hewan tersebut.

Tentang Penulis

maresiliencycent