Berita

Pakar Strategi Investasi Mengidentifikasi Indikator-Indikator Resesi di Ekonomi AS

maresiliencycenter.org – Peringatan mengenai kemungkinan resesi yang akan segera terjadi muncul secara tiba-tiba dari seorang pakar strategi investasi yang menganalisis ekonomi Amerika Serikat (AS).

Paul Dietrich, Kepala Strategi Investasi B. Riley Wealth Management, yang juga dikenal sebagai salah satu peramal resesi 2008, memberikan peringatan tersebut. Dalam wawancara dengan Business Insider, Dietrich menyatakan bahwa terdapat beberapa indikator yang menunjukkan ekonomi AS hampir pasti menuju resesi.

Dietrich menunjukkan beberapa indikator ekonomi yang mencemaskan, seperti inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan selama kuartal pertama (Q1), volatilitas pasar yang meningkat, dan pertumbuhan ekonomi yang melambat. PDB AS hanya meningkat 1,6% pada kuartal pertama, jauh di bawah pertumbuhan 3,4% pada kuartal terakhir tahun 2024.

Selain itu, kepercayaan konsumen mengalami penurunan, dan pertumbuhan lapangan kerja mulai melambat dengan tingkat pengangguran yang baru-baru ini mencapai level tertinggi dalam dua tahun.

Dietrich juga mencatat bahwa imbal hasil obligasi pemerintah AS hampir empat kali lipat imbal hasil dividen S&P 500, yang menunjukkan investor mengantisipasi suku bunga akan tetap lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama. Ini merupakan imbal hasil Treasury tertinggi sejak tahun 2001 dan merupakan kedua kalinya dalam 100 tahun terakhir imbal hasil tersebut mencapai angka sebesar itu.

Menurut Dietrich, kondisi ekonomi dan pasar saham saat ini mengingatkan pada gelembung Dot-com pada tahun 2001-2002. Ia berspekulasi bahwa resesi yang sebenarnya telah tertunda karena stimulus senilai triliunan dolar yang dikeluarkan selama pandemi, namun ekonomi masih berada di jalur penurunan.

Dietrich memperingatkan bahwa ketika dukungan stimulus berhenti, hal ini bisa menjadi pukulan terakhir bagi saham, yang tampaknya ditopang oleh kepercayaan investor yang berlebihan dan terputusnya hubungan dengan fundamental perusahaan. Belanja defisit yang saat ini tidak berkelanjutan akan berakhir suatu saat nanti, dan jika hal ini terjadi, dampaknya akan sangat buruk terhadap lapangan kerja, perekonomian, dan pasar saham global.

Sebagai salah satu peramal ekonomi yang paling bearish tahun ini, Dietrich memperkirakan saham AS bisa mengalami penurunan hingga 44% seiring melemahnya perekonomian AS meski resesinya ringan.

maresiliencycent

Share
Published by
maresiliencycent

Recent Posts

Kisah Wingko Babat: Dari Lamongan ke Semarang, Jajanan Tradisional yang Mendunia

Meski dikenal sebagai kuliner khas Semarang, sejarah wingko babat sebenarnya berasal dari Kecamatan Babat, Lamongan,…

3 hari ago

Kue Ku atau Kukuran: Kue Tradisional Perpaduan Budaya Jawa dan Tionghoa

Kue ku, yang dikenal sebagai "kukuran" oleh masyarakat Tegal, adalah salah satu kue tradisional yang…

3 hari ago

Risoles: Perjalanan Kuliner Klasik dari Prancis ke Meja Makan Indonesia

Risoles, makanan ringan yang digemari banyak orang, ternyata memiliki sejarah panjang yang menarik. Dilansir dari…

6 hari ago

Kue Dadar Gulung: Kekayaan Kuliner Tradisional yang Melekat di Nusantara

Kue Dadar gulung adalah salah satu kekayaan kuliner Indonesia yang sudah dikenal luas dan disukai…

6 hari ago

Lumpia: Kuliner Tradisional Semarang yang Kaya Sejarah

Lumpia adalah salah satu makanan khas dari Semarang, Jawa Tengah, yang terkenal lezat dan menggugah…

7 hari ago

Serabi: Jajanan Tradisional Indonesia yang Penuh Cita Rasa

Serabi, salah satu makanan khas Nusantara yang menggugah selera, merupakan jajanan tradisional dengan cita rasa…

7 hari ago