Berita

Strategi Tradisional dan Modern dalam Meningkatkan Trombosit pada Pasien DBD

Situasi Terkini Kasus Demam Berdarah Dengue

maresiliencycenter.org – Indonesia menghadapi peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) sejalan dengan transisi musim pancaroba. Dari data yang dirilis sehatnegeriku.kemkes.go.id per pekan ke-13 atau tanggal 26 Maret, tercatat 53.131 orang terjangkit DBD dengan 404 kasus berujung fatal.

Perkiraan Tren Kasus Menurut Kementerian Kesehatan

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Maxi Rein Rondonuwu, mengevaluasi bahwa meskipun tren kasus DBD meningkat, belum tercapai puncaknya. Beliau memprediksi kenaikan kasus masih mungkin terjadi hingga musim pancaroba tiba.

Penyakit DBD: Penularan dan Gejala

Penyakit tropis ini, sebagaimana dikutip dari Jurnal Kesehatan Media Husada, disebabkan oleh virus Dengue yang ditransmisikan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. DBD sering kali berkaitan dengan kondisi sanitasi yang buruk. Gejala yang timbul pasca-gigitan mencakup demam tinggi, sakit kepala hebat, nyeri otot dan sendi, serta nyeri di belakang mata.

Trombositopenia: Gejala Umum DBD

Trombositopenia merupakan kondisi umum yang ditemukan pada penderita DBD, di mana jumlah trombosit turun drastis hingga ≤100.000/mm3. Gejala yang terkait dengan kondisi ini mencakup pendarahan yang mudah, memar, ruam bintik merah, mimisan, dan darah dalam urin atau tinja, yang bisa berakibat fatal jika tidak ditangani.

Angkak sebagai Alternatif Pengobatan Trombosit

Pengobatan tradisional dengan angkak, beras merah fermentasi dari China, telah terbukti dapat meningkatkan kadar trombosit pada pasien DBD. Penelitian yang terpublikasi di Jurnal Kesehatan Media Husada menyebutkan pasien yang mengonsumsi angkak menunjukkan peningkatan kadar trombosit yang lebih cepat.

Pemanfaatan Angkak dalam Obat Modern

Angkak tidak hanya terbatas pada pengobatan tradisional tetapi juga telah diintegrasikan ke dalam obat-obatan modern seperti Konilife Redaxin. Obat ini mengandung 600 mg angkak per kapsul dan dapat membantu mengurangi lemak darah serta meningkatkan jumlah trombosit.

Kasus DBD di Indonesia menunjukkan tren peningkatan yang membutuhkan perhatian serius. Di tengah upaya penanggulangan penyakit ini, penggunaan angkak sebagai metode pengobatan tradisional yang kini diadopsi ke dalam obat modern menawarkan harapan dalam perawatan kesehatan, khususnya dalam meningkatkan kadar trombosit pada pasien DBD.

maresiliencycent

Share
Published by
maresiliencycent

Recent Posts

Kisah Wingko Babat: Dari Lamongan ke Semarang, Jajanan Tradisional yang Mendunia

Meski dikenal sebagai kuliner khas Semarang, sejarah wingko babat sebenarnya berasal dari Kecamatan Babat, Lamongan,…

2 hari ago

Kue Ku atau Kukuran: Kue Tradisional Perpaduan Budaya Jawa dan Tionghoa

Kue ku, yang dikenal sebagai "kukuran" oleh masyarakat Tegal, adalah salah satu kue tradisional yang…

2 hari ago

Risoles: Perjalanan Kuliner Klasik dari Prancis ke Meja Makan Indonesia

Risoles, makanan ringan yang digemari banyak orang, ternyata memiliki sejarah panjang yang menarik. Dilansir dari…

5 hari ago

Kue Dadar Gulung: Kekayaan Kuliner Tradisional yang Melekat di Nusantara

Kue Dadar gulung adalah salah satu kekayaan kuliner Indonesia yang sudah dikenal luas dan disukai…

5 hari ago

Lumpia: Kuliner Tradisional Semarang yang Kaya Sejarah

Lumpia adalah salah satu makanan khas dari Semarang, Jawa Tengah, yang terkenal lezat dan menggugah…

6 hari ago

Serabi: Jajanan Tradisional Indonesia yang Penuh Cita Rasa

Serabi, salah satu makanan khas Nusantara yang menggugah selera, merupakan jajanan tradisional dengan cita rasa…

6 hari ago