Berita

Klarifikasi Resmi Kementerian Kesehatan RI Mengenai Pelepasan Nyamuk Wolbachia dan Kasus DBD

Konfirmasi Kementerian Kesehatan Tentang Nyamuk Wolbachia

maresiliencycenter.org – Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan pernyataan resmi yang menegaskan tidak adanya hubungan antara peningkatan insiden Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan program pelepasan nyamuk Aedes aegypti yang mengandung bakteri Wolbachia. Klarifikasi ini disampaikan untuk merespons kekhawatiran masyarakat terkait potensi efek negatif dari pelepasan serangga yang dimodifikasi secara biologis tersebut.

Validasi Keamanan Penggunaan Nyamuk Wolbachia

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dr Maxi Rein Rondonuwu, menyatakan bahwa proses penelitian dan implementasi nyamuk ber-Wolbachia telah memenuhi standar keamanan yang ketat. Beliau menekankan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam karakteristik dan jumlah nyamuk Aedes aegypti sebelum dan setelah pelepasan nyamuk ber-Wolbachia, yang telah diteliti selama 12 tahun di Yogyakarta.

Hasil Positif dari Yogyakarta

Data empiris dari Yogyakarta menunjukkan penurunan signifikan dalam angka kasus DBD sejak implementasi nyamuk ber-Wolbachia di wilayah tersebut pada tahun 2017, dengan penurunan insiden DBD sebesar 77% dan penurunan kasus yang memerlukan perawatan rumah sakit hingga 86%.

Evaluasi Risiko oleh Instansi Penelitian Nasional

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi bersama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan telah melaksanakan analisis risiko secara komprehensif dengan melibatkan ahli-ahli dari beragam bidang. Hasil dari analisis tersebut menyatakan bahwa risiko dari pelepasan nyamuk ber-Wolbachia sangat minimal dan dapat diabaikan untuk periode 30 tahun ke depan.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menegaskan kembali bahwa teknologi nyamuk ber-Wolbachia yang diterapkan dalam pengendalian DBD adalah aman dan tidak berhubungan dengan peningkatan angka kejadian DBD. Pelepasan nyamuk ber-Wolbachia telah terbukti efektif dalam menekan penyebaran DBD dan mendukung upaya kesehatan masyarakat.

maresiliencycent

Share
Published by
maresiliencycent

Recent Posts

Kisah Wingko Babat: Dari Lamongan ke Semarang, Jajanan Tradisional yang Mendunia

Meski dikenal sebagai kuliner khas Semarang, sejarah wingko babat sebenarnya berasal dari Kecamatan Babat, Lamongan,…

2 hari ago

Kue Ku atau Kukuran: Kue Tradisional Perpaduan Budaya Jawa dan Tionghoa

Kue ku, yang dikenal sebagai "kukuran" oleh masyarakat Tegal, adalah salah satu kue tradisional yang…

2 hari ago

Risoles: Perjalanan Kuliner Klasik dari Prancis ke Meja Makan Indonesia

Risoles, makanan ringan yang digemari banyak orang, ternyata memiliki sejarah panjang yang menarik. Dilansir dari…

5 hari ago

Kue Dadar Gulung: Kekayaan Kuliner Tradisional yang Melekat di Nusantara

Kue Dadar gulung adalah salah satu kekayaan kuliner Indonesia yang sudah dikenal luas dan disukai…

5 hari ago

Lumpia: Kuliner Tradisional Semarang yang Kaya Sejarah

Lumpia adalah salah satu makanan khas dari Semarang, Jawa Tengah, yang terkenal lezat dan menggugah…

6 hari ago

Serabi: Jajanan Tradisional Indonesia yang Penuh Cita Rasa

Serabi, salah satu makanan khas Nusantara yang menggugah selera, merupakan jajanan tradisional dengan cita rasa…

6 hari ago